Sabtu, 17 Januari 2015

zakat maal

Zakat Mal (bahasa Arab: الزكاة المال; transliterasi: zakah māl) adalah zakat yang dikenakan atas harta yang dimiliki oleh individu dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara syarak.

Syarat-syarat harta

Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Milik Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang akan mengeluarkan zakat.
  2. Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang bila diusahakan.
  3. Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan dianjurkan untuk berinfak atau bersedekah.
  4. Lebih Dari kebutuhan pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan minimal/pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu
  5. Bebas dari Hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nisab, dan akan dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban zakat.
  6. Berlalu Satu Tahun (Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai satu tahun khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz (barang temuan) tidak memiliki syarat haul.

Macam-macamnya

Macam-macam zakat Mal dibedakan atas obyek zakatnya antara lain:
  • Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal: sapi, kerbau, kambing, domba, dan ayam)
  • Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll.
  • Emas dan Perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam bentuk apapun.
  • Harta Perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan disini termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun kelompok/korporasi.
  • Hasil Tambang (Makdin). Meliputi hasil dari proses penambangan benda-benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
  • Barang Temuan (Rikaz). Yakni harta yang ditemukan dan tidak diketahui pemiliknya (harta karun).
  • Zakat Profesi. Yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta.

Yang berhak menerima

Berdasarkan firman Allah QS At-Taubah ayat 60, bahwa yang berhak menerima zakat/mustahik sebagai berikut:
  1. Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya.
  2. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
  3. Amil : orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.
  4. Mualaf : orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
  5. Hamba sahaya : memerdekakan budak mencakup juga untuk melepaskan muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
  6. Orang berhutang: orang yang berutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar utangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
  7. Sabilillah: yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit, madrasah, masjid, pesantren, ekonomi umat, dll.
  8. Ibnu sabil, Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya. Atau juga orang yg menuntut ilmu di tempat yang jauh yang kehabisan bekal.

Pranala luar

Rabu, 14 Januari 2015

Jadikan Rasulullah SAW Sebagai Wasilahmu | KH Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi

15 Maret 2014, Majlis Maulid Wat Ta’lim Riyadlul Jannah bertempat di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, Jl. Gajayana, Kec. Lowok Waru, Malang – Mauidoh Hasanah oleh KH Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi Pengasuh Pondok Pesantren Islam Internasional Terpadu Asy Syifaa Wal Mahmuudiyyah, Sumedang – Jawa Barat (Peta Lokasi)
Sungguh beruntung sekali bagi para muhibbin yang haus akan ilmu, ketika mereka dengan bersemangat menghadiri majlis-majlis dzikrullah Was Shola Alan Nabi. Mereka larut bersama-sama di dalam majlis yang agung berharap keberkahan dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Jikalau keberkahan itu walaupun sedikit saja yang diberikan Beliau kepada Ummatnya, maka segala hajat nya di dunia, alam barzah dan akhirat akan dicukupkan oleh Allah. Tidak akan habis barokah sayyiduna Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam walaupun semua makhluk di alam semesta ini menginginkan kepada Allah segala hajat-hajatnya melalui wasilah Beliau.
Betapa beruntungnya kita sebagai ummat yang selalu mencintai dan dicintai Nabi. Mendapat didikan terus dari hamba termulia. Melalui Sholawat Nabi yang terus digelorakan dibumi ini, maka wasilah tersebut sanggup menghilangkan dan menyucikan segala kotoran dan dosa dari jiwa dan raga. Setiap melangkahkan kaki menghadiri sebuah majlis Sholawat, dosa-dosa mereka akan terus dibersihkan oleh Allah, derajat mereka akan semakin ditinggikan oleh Allah dan tidak kalah pentingnya hatinya semakin didekatkan kepada Allah dan nabi Muhammad SAW.
Maka ketika hati seorang manusia sudah dekat dengan Allah dan Rosulnya, hati mereka akan semakin mengenal aturan hidup sesuai syariat nabi. Segala tingkah-laku serta etikanya mencerminkan kehidupan islami, etika etika yang jelek satu demi satu rontok...............klik disini untuk melanjutkan